Hari Kesehatan Dunia: Fokus Kementerian Kesehatan pada Kesehatan Jiwa Ibu dan Anak

cimporong.com , Jakarta - Hari Kesehatan Sedunia peringatan setiap tanggal 7 April dan di tahun ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) WHO ) menyarankan kepada publik agar memahami bahwa tindakan pertama yang bermanfaat tak cuma diukur dari segi fizikal, tapi juga dari sisi lainnya seperti mental dan emosional. kesehatan jiwa.

Dengan mengusung tema "Healthy Beginnings, Hopeful Futures"/"Permulaan yang Baik, Masa Depan Dipenuhi Asa", Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong semua pihak berkepentingan—termasuk pemerintah,— untuk,

petugas kesehatan serta masyarakat—dalam rangka memperkokoh pelayanan kesehatan perinatal dengan pendekatan menyeluruh.

Direktur Jenderal Layanan Kesehatan Masyarakat dari Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, menekankan bahwa dibelakangi usaha mengurangi tingkat kematian ibu dan anak, ada fokus kuat pada aspek kesehatan mental selama hamil, masa nifas, serta tahap awal hidup si bayi. Hal ini sangat berperan dalam membentuk fondasi yang solid bagi generasi penerus bangsa.

Menurut orang itu, WHO menetapkan topik tersebut karena adanya angka kematian yang cukup tinggi. Tiap tahun, katanya lagi, kurang lebih 300 ribu wanita meninggal dunia disebabkan oleh masalah saat hamil atau melahirkan, sedangkan lebih dari 2 juta balita tutup usia pada masa-masa awal hidup mereka. Selain itu, ada pula ketimpangan dalam hal layanan kesehatan; mayoritas kasus ini terjadi di negeri-negeri dengan pendapatan rendah serta wilayah-wilayah yang tengah menghadapi peperangan atau bencana.

Berikutnya, kata Inran, adalah tentang kepentingan investasi di bidang kesehatan. Gerakan ini mengajak untuk memperkuat investasi pada pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, termasuk penanganan persalinan darurat serta membantu pendukung kesejahteraan jiwa para ibu. "Topik ini pun menyoroti betapa pentingnya melindungi hak-hak tersebut," tuturnya.

wanita agar bisa mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tanpa adanya diskriminasi," kata Imran kepada Tempo , Jumat, 4 Maret 2025.

Dengan kampanye ini, menurut Inran, WHO mendesak pemerintah, kalangan perawatan kesehatan, serta masyarakat dunia untuk melakukan langkah konkret dalam rangka memastikan hamil yang selamat dan masa depan yang lebih baik bagi wanita hamil dan anak mereka.

Kesehatan Jiwa Selama Kehamilan

Menurut pendapatnya, status kesehatan mental seorang ibu saat hamil memiliki dampak signifikan bukan saja kepada aspek psikologis si ibu, namun juga berkaitan dengan pertumbuhan bayi dalam kandungan serta pembentukan hubungan emosi pasca persalinan.

Secara keseluruhan, studi menyatakan bahwa kira-kira 10-15% wanita menderita masalah psikologis saat hamil, dengan presentase tersebut biasanya lebih tinggi dalam kelompok tertentu serta di daerah-daubg dengan fasilitas terbatas.

Di negara-negara dengan pendapatan rendah hingga sedang (LMIC), seperti diketahui dari beberapa tinjauan pustaka, angka gangguan mental non-psikotik pada wanita hamil bisa mencapai rerata 15,6%. Di sisi lain, data Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa antara para ibu hamil di Indonesia adalah sebesar 12,6%, hal ini semakin mengeraskan pentingnya adanya dukungan sosioemotional serta tindakan preventif awal untuk menjaga stabilitas emosi mereka.

Kesehatan Mental pada Masa Nifas

Imran mengatakan bahwa masa nifas atau pasca kelahiran adalah fase peralihan yang dipenuhi dengan dinamika—entah itu dari segi hormon maupun sosial—menyebabkan ibu menjadi lebih mudah mengalami masalah kesehatan mental.

Menurutnya secara global, perkiraannya sekitar 13% wanita mengidap masalah kesehatan jiwa pasca bersalin, dengan tingkat kejadian yang beragam dari laporan penelitian mulai 4,9% sampai 50%.

Di Indonesia, hasil penelitian pada wanita usia nifas menunjukkan bahwa tingkat kemunculan masalah kesehatan mental sebesar 10,1%, dengan variasi kasus depresi pascapersalinan antara 4,0% sampai 5,7%. Angka ini bergantung pada tempat tinggal responden (perkotaan atau pedesaan).

"Risiko-risiko seperti sejarah depresi, masalah-masalah saat hamil, serta minimnya bantuan dari lingkungan semakin menggarisbawahi pentingnya meningkatkan fasilitas konseling dan pendidikan untuk para ibu setelah melahirkan," katanya.

Efek Psikologis terhadap Pertumbuhan Anak Usia Dini

Imran mengatakan bahwa kesehatan mental seorang ibu saat periode perinatal memberikan dampak langsung pada pertumbuhan si bayi. Menurutnya, banyak studi di seluruh dunia telah mementahkan betapa esensialnya keadaan emosional dan psikologis sang ibu guna membentuk suasana yang mendukung bagi perkembangan buah hatinya.

Dia menyebutkan bahwa masalah kesehatan jiwa yang belum ditangani seperti depresi atau cemas bisa mengacaukan cara merawat anak, hal ini kemudian dapat mempengaruhi pertumbuhan otak, kondisi nutrisi, serta kesejahteraan emosional dan social si bayi.

"Melalui campur tangan awal yang mencakup bantuan psikologi dan pemeriksaan berkala, berbagai intervensi ini sudah berhasil menghentikan efek buruk seperti kelahiran premature, depresi pasca persalinan, serta masalah perkembangan pada bayi," jelasnya.

Imran menyebutkan bahwa kesejahteraan psikis seorang wanita yang sedang hamil berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan fisik dan aspek pemahaman anak di masa mendatang. Dia menjelaskan bahwa situasi emosional seperti tekanan, rasa cemas, serta depresi saat kehamilan bisa menambah tingkat hormon stress ( kortisol ) dalam tubuh.

"Kadar kortisol yang tinggi bisa menghambat aliran nutrisi dan memengaruhi perkembangan janin, sehingga mungkin menyebabkan peningkatan risiko bayi lahir dengan berat badan kurang dan nantinya akan mengalami hambatan pertumbuhan," jelasnya.

Di samping itu, menurut Imran, kesejahteraan mental sang ibu memiliki peranan signifikan pasca melahirkan. Dia menyebutkan bahwa depresi ataupun ketidaktenangan pada dirinya bisa merusak tingkat interaksi serta ikatan emosional, hal ini berdampak pada pengurangan rangsangan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak si bayi.

Penurunan rangsangan emosi dan kognisi dapat menyebabkan telat dalam pengembangan otak anak serta penurunan tingkat kecerdasannya nanti. Berbagai riset mengindikasikan ada hubungan yang kuat antara meningkatnya nilai depresi pada wanita hamil — yang diperoleh melalui alat ukur seperti CESD-10 — dengan bertambahnya kasus kurang gizi kronis pada bayi, terlebih di rentang umur tertentu; hal tersebut pun mempengaruhi pertumbuhan kognitif si buah hati.

0 Komentar