Cara Membentuk Karakter di Balik Kedaulatan Orang Tua Yang Berlebihan

Menjadi orang dewasa adalah suatu hal yang sangat bernilai dalam hidup individu tersebut. Walaupun jalannya mungkin tak senyaman yang diharapkan, fase ini merupakan bagian esensial dari perjalanan untuk memahami lingkungan sekitar serta identitas asli kita.

Tiap aspek dalam seseorang, biasanya menunjukkan nilai serta kemampuan yang telah dipelajarinya semenjak masih anak-anak. Pengajaran baik dan arahan hidup dari orangtua cenderung mendukung terbentunya kehidupan yang stabil dan menyenangkan saat sudah menjadi dewasa.

Maka, apa katakan tentang individu yang berkembang di bawah pengasuhan orangtua yang terlalu protektif? Bagaimana pendekatan tersebut dapat mempengaruhi masa depan mereka sebagai orang dewasa? Berdasarkan artikel pada situs web Geediting, berikut ini adalah delapan ciri khas yang biasanya ditunjukkan oleh mereka.

  1. Ketergantungan

Dewasa yang diasuh oleh orangtua sangat overprotektif biasanya mengalami kendala dalam menentukan pilihan sendirian, sebab mereka sudah terlanjur bergantung pada pantauan dan arahan tanpa henti tersebut.

Bertumbuh dalam lingkungan dengan pengawasan yang kencang dan tidak adanya kebebasan biasanya membekalkan kepada mereka keyakinan bahawa mereka bergantung pada pihak lain untuk dipimpin, mengambil keputusan, serta menjaga keselamatannya sendiri.

  1. Menghindari risiko

Kelompok orang tersebut lebih memilih untuk tidak mengambil resiko akibat ketakutan akan melakukan kesalahan atau merasakan luka di masa depan. Sikap ini mungkin timbul dari pola asuh orangtua yang cenderung melindungi mereka dengan cara yang berlebihan.

Walaupun sebenarnya tujuan orangtua hanyalah ingin hal baik, ternyata kebiasaan ini membawa dampak tak terduga. Mereka berkembang menjadi individu yang cenderung pesimis dan sukar menerima perubahan, sehingga mengalami kesulitan dalam menyambut peluang-peluang baru.

  1. Perfeksionisme

Anak-anak yang dipersempit dalam lingkungan dengan kontrol ketat cenderung mengalami tekanan untuk mencapai patokan yang tak masuk akal. Pola pikir seperti itu bisa beralih menjadi perilaku perfeksionis sewaktu mereka tumbuh besar. Mereka bakal selalu bertujuan untuk kesempurnaan, suatu hal yang ujung-ujungnya boleh jadi mendatangkan stres, rasa khawatir hingga depresi.

  1. Kesulitan dalam pengambilan keputusan

Dewasa ini, individu yang diasuh dengan cara pengasuhan yang sangat melindungi dari kedua orang tuanya cenderung mengalami kendala saat merumuskan keputusan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa sepanjang masa kanak-kanak, mereka jarang memiliki ruang untuk menentukan pilihan berdasarkan diri mereka sendiri.

  1. Keinginan untuk merdeka

Walaupun pendidikan yang terlalu protektif bertujuan agar melindungi anak-anak dan membuat mereka tetap selamat, hal tersebut pada akhirnya justru menciptakan dorongan kuat bagi mereka untuk meraih kemerdekaan tanpa adanya pembatasan.

Hasrat ini bukan bermakna pemberontakan ataupun penolakan, tetapi lebih kepada dorongan untuk memperoleh kemerdekaan dalam mengambil keputusan sendiri serta terlepas dari pengaruh orangtua. Secara mendasar, hal tersebut merupakan hasrat alamiah bagi setiap individu guna bertumbuh, mengeksplorasi, dan berkembang sesuai jalan mereka sendiri.

  1. Takut akan kegagalan

Beban kuat untuk sukses, biasanya berasal dari dorongan untuk mewujudkan ekspektasi orangtua, bisa menimbulkan perasaan takut gagal. Rasa takut ini kemudian menjadi penghambat bagi individu dalam mengambil tindakan berisiko atau menjelajahi hal-hal baru.

  1. Tingkat kecemasan yang tinggi

Proteksi ekstra ini bisa menghasilkan 'buble' keamanan, namun setelah meninggalkannya, seseorang mungkin merasa tersingkir. Ketidaknyamanan dan rasa takut, terkhususlah perihal khawatir melakukan kesalahan atau gagal memenuhi ekspektasi, bisa timbul karena gaya mendidik semacam ini.

  1. Ketangguhan

Walaupun dihadapkan dengan berbagai kesulitan tersebut, pada akhirnya mereka mampu membentuk kekuatan mental yang sangat besar. Mereka mempelajari bagaimana cara bertumbuh dan menyesuaikan diri lewat pengalaman sebelumnya.

0 Komentar