
cimporong.com - Tiap kali datang musim lebaran, sejumlah besar orang menjalankan berbagai kegiatan yang pada akhirnya menetapkan diri sebagai rutinitas pertahun. Iya, di antara hal tersebut adalah budaya mudik yang sangat dikenali.
Tetapi bukan hanya mudik saja, masih ada satu kebiasaan lain yang populer yaitu berbelanja pakaian untuk lebaran. Siapa sangka, ritual membeli pakaian lebaran pada hari raya idul fitri ternyata telah ada selama ratusan tahun silam.
Sejarah Baju Lebaran
Menurut laporan di Kompas.com, kebiasaan memakai pakaian baru pada hari Lebaran sebenarnya telah dicatat dalam sebuah buku. Sejarah Nasional Indonesia Yang dibuat oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.
Di dalam buku itu, kebiasaan memakai pakaian lebaran bermula dari tahun 1596. Saat itu terjadi di era kesultanatan Banten.
Di masa tersebut, seiring dengan pendekatan hari raya Idul Fitri, kebanyakan warga Muslim di Kerajaan Banten telah mulai sibuk mempersiapkan pakaian baru.
Perbedaannya adalah saat itu hanya keluarga kerajaan sahaya yang mampu membeli pakaian baru. Sementara bagi kebanyakan penduduk biasa, mereka lebih memilih membuat baju sendiri.
Bukan hanya di kerajaan Banten, tradisi semacam itu juga dapat ditemukan di Kerajaan Mataram Islam. Selanjutnya, kebiasaan membeli pakaian baru pada hari Lebaran telah dicatat sudah berlangsung sejak era penjajahan kolonial Belanda.
Penasehat Urusan Masyarakat Lokal bagi Pemerintahan Kolonial, Snouck Hurgronje mengabadikan kebiasaan membeli pakaian baru untuk Idul Fitri di dalam karyanya yang berjudul Kiat-Kiat Snouck Hurgronje Selama Masa Tugasnya Kepada Pemerintahan Hindia Belandakanjut 1889-1936 Volume IV .
"Hidangan spesial untuk pesta ini dapat ditemukan dimana-mana, dengan kunjungan silaturahmi antara keluarga dan teman-teman dekat, membeli baju baru, serta beragam jenis hiburan yang menyenangkan," demikian tertulis dalam surat Snouck yang terdapat pada buku itu.
Hurgronje juga menulis dalam bukunya tentang Islam di Hindia Belanda bahwa tradisi berkunjung dengan berpakaian baru saat Idul Fitri mirip dengan perayaan Tahun Baru di Eropa. Ya, kebiasaan tersebut cukup populer di Batavia sebagai well.
Saat itu, Profesor Utama dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Agus Aris Munandar menyatakan bahwa busana yang dikenakan pada hari Idul Fitri biasanya diartikan sebagai tanda kekudusan.
"Pada awalnya, saat merayakan Idul Fitri, seseorang dituntut untuk mengenakan pakaian, sarung, atau mukena yang bersih selama melakukan ibadah salat. Ini merupakan simbol bagi umat Muslim bahwa mereka telah kembali ke dalam keadaan terbaik diri setelah satu bulan puasa di Bulan Ramadhan," jelas Agus Aris seperti dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (28/3/2025).
Pakaian atau baju yang rapi yang dipakai pada hari Lebaran menjadi simbol bahwa manusia telah kembali suci dan bersih.
Agus pun menyebutkan bahwa umumnya orangtua memberi pakaian baru kepada anak-anak kecil supaya bisa diajak salat id atau bahkan berkeliling ke rumah keluarga lain.
"Begitu juga bagi orang dewasa, pakaian baru hanyalah suatu simbol; hal utamanya adalah niat baru dalam menerapkan agama Islam dengan lebih baik," tegas Agus.
(*)
0 Komentar