10 Tips Hidup hemat Ala Jepang yang Ampuh Buat Kaya

cimporong.com - Praktik irit dalam budaya Jepang tidak hanya seputar cara meminimalkan biaya, melainkan juga filsafat hidup yang menganjurkan kewaspadaan, kecukupan, serta penghargaan atas sumber daya.

Praktik ini mengizinkan stabilitas keuangan tanpa perlu melakukan pengorbanan yang berlebihan.

Gaya pendanaan pribadi dari Jepang dapat dijadikan opsi lain dalam mengembangkan harta kekayaan Anda.

Kebiasaan Jepang sudah sejak dulu menerima konsep seperti tersebut. mottainai (menghindari pemborosan) dan hodo-hodo (sudah cukup), yang dengan sendirinya mendukung stabilitas ekonomi dan pengumpulan harta benda.

Kejadian itu tidak berkaitan dengan pengekangan berlebihan, tetapi lebih kepada tindakan cerdas yang menyanangi aset alam sembari menciptakan kehidupan sejahtera jangka panjang.

Dengan mengadopsi sepuluh perilaku irit ini dalam keseharianmu, kamu bisa merintis pembentukan sebuah istilah yaitu "kekayaan rahasia"—yakni stabilitas keuangan aman yang berkembang dengan tenang tanpa mencolok perhatian.

Apa saja frugal living ala Jepang ini?

1. Kakeibo - Jurusan Mengatur Keuangan Rumah Tangga

Kakeibo merupakan metode perencanaan anggaran klasik asli dari Jepang yang telah ada sebelum adanya aplikasi finansial kontemporer. Pendekatan bergantung pada buku pencatatan ini menggalakkan pemahaman tentang pengeluaran melalui perekaman transaksi secara manual.

Keempat kelompok utama dalam sistem kakeibo mencakup:

  • Kebutuhan dasar (pangan, tranportasi, biaya rutin)
  • Keinginan (hiburan, belanja non-esensial)
  • Budaya (buku, kegiatan seni)
  • Pengeluaran tak terduga

Cara ini tidak membatasi pengeluaran, namun membuat Anda lebih peka terhadap alur uang yang keluar. Beberapa orang yang telah menggunakan metode kakeibo menyatakan bahwa mereka bisa menabung sebanyak 25-30 persen dari pendapatannya.

2. Mottainai – Menjauhi Kecemburuan Pembaziran

Mottainai merupakan ide yang menunjukkan rasa prihatin atas kebuangan dan pemberian hormat pada sumber daya. Penggunaannya mencakup:

  • Memperbaiki barang sebelum menggantinya
  • Menggunakan produk hingga habis
  • Memulihkan kembali atau mencari fungsi alternatif bagi benda bekas

Dengan menambahkan usia produk, Anda dapat mengurangi biaya pembaruan dengan cukup besar. Keluarga di Jepang kerap menyimpan perlengkapan dan furniture hingga bertahun-tahun lamanya, sehingga terhindar dari pola konsumtif yang berlebihan.

3. Minimalisme dan Penggunaan Sumber Daya dengan Bijak

Warga Jepang sangat menikmati kehidupan sederhana serta kepemilikan yang berkualitas. Konsep ini tidak berfokus pada jumlah barang yang dimiliki, melainkan jenis barang apa saja yang sebenarnya penting untuk di miliki. Saat ingin membeli suatu hal, mereka selalu merenungkannya terlebih dahulu jika item itu sungguh-sungguh dibutuhkan dan dapat memberikan manfaat dalam waktu lama.

Dengan menekankan mutu dibandingkan dengan jumlah, pengeluaran akan berkurang secara bertahap seiring waktu. Produk yang bermutu baik umumnya memiliki biaya pemeliharaan lebih murah dan bisa ditinggalkan sebagai warisan, sehingga mengurangi keperluan untuk terus-menerus melakukan pembelian ulang.

4. Hara Hachi Bu – Berhenti makan ketika perut terisi sekitar 80%

Hara hachi bu Prinsip Okinawa yang mengajarkan untuk berhenti makan saat sudah mencapai kekayaan sebesar 80 persen. Di luar manfaat bagi kesehatan tubuh, pendekatan ini pun dapat mengurangi biaya pangan sampai dengan 20 persen lebih rendah.

Dengan mengecoh ukuran sajian, bahan pangan akan tahan lebih lama, sisa makanan berkurang, serta anggaran untuk membeli makanan diluar rumah menjadi hemat. Dampak jangka panjang dari hal ini pun meliputi penurunan biaya perawatan kesehatan karena pola hidup yang semakin baik.

5. Menghindari Tsundoku – Beli Buku dengan Sadar

Tsundoku merujuk pada kecenderungan menyimpan koleksi buku yang belum dibaca, hal ini dapat berlaku untuk segala bentuk pembelanjaan. Agar terbebas dari pengeluaran tanpa perencanaan, banyak warga Jepang kerap menggunakan prinsip-prinsip tertentu sebagai panduan, misalnya:

  • Tunggu selama 2 hari kerja sebelum Anda membelanjakan uang lebih dari Rp 500.000 untuk suatu barang.
  • Menantikan selama 30 hari setelah membeli sesuatu yang harganya lebih dari satu juta rupiah.

Habit ini memungkinkan pencegahan pengeluaran uang pada hal-hal yang sebenarnya tak dibutuhkan, menyisihkan miliaran rupiah selama bertahun-tahun.

6. Perancangan Pembaruan Aset Secara Berlangkah

Keluarga di Jepang mengatur jadwal pergantian benda-benda penting secara bertahap supaya tak ada pembelanjaan besar tiba-tiba. Selain itu, mereka menyiapkan anggaran tersendiri untuk membeli ulang item-item seperti perlengkapan elektronik, furniture, serta perabotan rumah tangga.

Melalui metode ini, mereka bisa mengelakkan dampak finansial yang tidak diinginkan dan mencegah diri menggunakan kartu kredit atau berhutang.

7. Adaptasi Musim - Menyelaraskan Diri dengan Alam


Warga Jepang menyesuaikan gaya hidup sehari-hari seperti busana, asupan gizi, serta pemakaian daya listrik sesuai dengan perubahan cuaca agar bisa lebih irit biaya. Berikut beberapa metode yang digunakan oleh mereka dalam rangka berhemah:
1. Menyesuaikan Pemilihan Busana Sesuai Musim.
2. Mengatur Pola Makan Untuk Efisiensi Energi Tubuh.
3. Mempergunakan Sumber Daya Listrik Secara Bijak Sejalan Dengan Kebutuhan Musiman.
Demikianlah contoh-contohnya bagaimana orang-orang di Negeri Sakura ini tetap menjaga keseimbangan antara kebutuhan harian dan upaya efisiensi penggunaan sumberdaya.

  • Mempunyai pakaian sesuai musim dibandingkan dengan baju serbaguna
  • Memakan makanan musiman yang harganya terjangkau
  • Mengatur temperatur lingkungan dengan cara yang alami, tanpa mengandalkan pendingin udara atau penghangat.

Metode ini bisa menurunkan biaya baju sampai 30 persen serta anggaran makan sebanyak 25 persen.

8. Mengelola Sumber Daya Bersama-sama secara Kolektif

Budaya Jepang menekankan pada kebersamaan dalam berbagi sumber daya, yang menghemat biaya individu dan memperkuat komunitas. Contohnya meliputi:

  • Perpustakaan sebagai tempat peminjaman perlengkapan rumah tangga
  • Kebun bersama untuk menekan pengeluaran pada bahan pangan
  • Pengasihan anak bersama untuk menekan biaya penitipan kanak-kanak

Model ini bukan saja menekan belanja individu, melainkan juga membina ikatan masyarakat yang semakin kuat.

9. Hansei – Penilaian Keuangan Berkelanjutan

Hansei merupakan ide tentang introspeksi pribadi yang diterapkan untuk peningkatan bertahap. Di bidang keuangan, hal itu mencakup evaluasi mengenai pengeluaran serta pembentukan target finansial dengan cara berkala.

Sebagai gantinya dari pergantian besar-besaran, hansei lebih mementingkan peningkatan-peningkatan kecil namun berkesinambungan. Sebagai contoh, hal tersebut melibatkan identifikasi salah satu jenis belanjaan yang bisa dipotong hingga lima persen tiap bulannya. Secara bertahap, pembaruan sederhana seperti itu pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan aset yang cukup besar.

10. Pembangunan Keuangan dengan Kesabaran

Taktik investasi di Jepang cenderung mengutamakan perkembangan modal yang berkelanjutan dibandingkan dengan skema cepat menjadi kaya. nemawashi menekankan kepentingan pembangunan fondasi yang kokoh sebelum berkembang.

Warga negara Jepang umumnya menyisihkan sekitar 15-20 persen dari penghasilan mereka setiap bulannya. Mereka berfokus pada jenis investasi dengan pertumbuhan jangka panjang yang konsisten sehingga dapat mengumpulkan harta benda besar tanpa harus merasakan beban atau resiko yang sangat tinggi.

Kesimpulan

Dengan mengadopsi perilaku ini, Anda dapat meraih kekayaan bertahap tanpa perlu tergiur pada gaya hidup boros.

Dimulai dari hal-hal sederhana seperti mengimplementasikan penggunaan kakeibo atau mencoba sistem pendinginan pembelian, dan nikmati perubahannya pada kondisi keuangan pribadi Anda.

Keberuntungan sesungguhnya tidak terletak pada besarnya harta yang dikumpulkan, melainkan pada kedamaian jiwa serta kegembiraan atas pencapaian yang diraih.

0 Komentar