Waktu "Malaikat Tuhan" Kunjungi ke Empat Di Minggu Ini Saya di Breda

By Christie Damayanti

Saat kulewati sebuah jalanan, ternyata tak sedang turun hujan. Ada banyak orang yang masih berjalan di sini karena ini adalah tempat pemukiman warga. Namun bila hujan mengguyur dan saat jam-jam dimana kebanyakan orang pergi bekerja atau anak-anak bersekolah, pasti jalan tersebut menjadi sangat sunyi dengan jarang adanya pengguna jalan lainnya.

Kakek itu yang sedang melintas di sana, lalu saya meminta bantuannya. Dia tidak dapat berbahasa Inggris, jadi kami hanya mengandalkan terjemahan Google, hehehecenceceng.....

***

Pada suatu hari di Breda, malaikat pelindungku berusaha dengan gigih untuk membantuku. Ini adalah kali keempat malaikat tersebut berkunjung ke Belanda pada tahun 2023 sementara aku sedang melakukan perjalanan dan penelitian di tempat itu.

Sebagaimana telah saya sampaikan, Eropa merupakan negeri warisan dengan beragam desain serta bahan yang tak bisa dirombak secara acak meskipun mungkin kurang cocok dengan kondisi zaman modern hari ini.

Oleh karena itu, bahan-bahan lapisan jalan di sana harus se minimal mungkin diperbaiki agar masih dapat digunakan namun tanpa merubah jenis materi-materinya, sesuai dengan peraturan masing-masing di berbagai negara Eropa.

Oleh karena itu, hal tersebut merupakan warisan global dan sebuah peninggalan berharga yang membentuk sejarah untuk masa depan dunia. Sebab sejarahlah yang mengarahkan jalan di mana dunia ini akan berkembang....

Demikian pula di Breda, tempat warisan Belanda yang khas ini memiliki ciri khusus. Sebagai contoh, bagian pejalan kaki yang terbuat dari batu-batu tak rata dan kadang-kadang memberikan kemiringan berbahaya, bahkan bagi saya yang menggunakan kursi roda.

Pekan lalu pada tahun 2023, saya jalan-jalan sendirian di kota Breda guna mengeksplorasi kehidupan lokal dan melihat lebih dekat tentang aksesibilitas tempat-tempat bagi pengguna kursi roda serta fasilitas-fasilitas lainnya yang telah ada sebelumnya.

Saya memang tak ingin melalui taman itu karena saya hanya pingin jalan-jalan mengitari sekeliling Breda tanpa tujuan khusus. Saya bakal berbelok kemana saja apabila ada hal yang menarik minat saya, dan saya tetap buka Google Maps agar kalau sampai tersesat masih bisa cari arah. Hehehe, mungkin ini namanya sering kali nyasar...

Pada suatu perputaran, saya memutari sudut itu saat melihat deretan gedung-gedung lama dan rapat.

Dan, jalannya yang terdiri atas batu-batu besar dan kasar, hanya dilengkapi trotoar lebarnya sekitar satu meter. Saya sangat tertarik untuk mengamati pemandangan sempit tersebut, karena hal ini merupakan bagian dari penelitian saya.

Pada saat ini, saya lebih suka bergabung dengan kelompok-kelompok kecil, karena di dalamnya pasti terdapat hal-hal baru yang menarik dan pandangan saya dapat menjadi sangat tajam. Saya merasa begitu terpuaskan...

Saya sedang bergerak melalui jalanan pejalan kaki ketika tiba-tiba menyadari bahwa saya seharusnya tidak ada di jalurnya kendaraan bermotor. Saya berniat untuk mengevaluasi lebih dekat area pejalan kaki ini serta mencoba perasaan bagaimana kursi roda saya dapat melewatinya. Semakin maju, jalur pejalan kaki itu tampak makin sempit. Sangat "menyeramkan" kalau sampai saya bertahan cukup lama hingga akhir jalur tersebut; kemungkinannya besar kursi roli akan tersandera oleh jalur kendaraan....

Saat itu, para pejalan kaki juga mulai condong ke depan hingga kurang lebih 15 derajat! Kemiringan tersebut bisa menyebabkan kursi roda saya tumbang! Saya menyiapkan diri untuk menghentikan gerakan, ditambah lagi hujannya semakin lebat.....

Saya terus melangkah ke depan, meskipun saya bergerak dengan lambat, sementara hujannya makin lebat jatuhan airnya.

Dan, pada saat kemiringannya terlalu ekstrem, sampai saya tidak berani melewatinya, dan hampir jatuh dari kursi roda saya karena lantainya yang licin!

Saya melihat kembali, wah! Jaraknya sudah sangat jauh dan saya takut untuk mundur lagi, sebab jika mundur dalam posisi jalanan miring itu, dipastikan akan terselip dan bisa-bisa terjatuh.

Saya perhatikan, tak ada tanda-tanda adanya aktivitas seiring hujan yang makin lebat, sampai-sampai kendaraan pun sulit dilihat, dan saya jadi kebingungan.......

Memang sudah biasa menghadapi kondisi semacam itu, jadi meski detak harianku kacau, aku tetap tenang. Namun, bila sampai kukalahkan oleh situasinya hingga kursi roda jatuh, siapa pula yang akan membantu dalam suasana sunyi ini? Di antara reruntuhan gedung-gedung tua di Breda, tak ada jejak kehidupan untuk mencari pertolongan.

Saya mengenakan jaket hoodie kedua saya sebab hujan mulai turun gerimis namun bertambah lebat, dan udara yang semakin menusuk tulang meskipun pada bulan September ketika sedang musim panas di Eropa tahun 2023 kemarin. Sementara itu, saya juga berkeliling-keliling menengok-ng tengok apakah ada orang yang bisa diminta bantuan.

Tiba2,

Di seberang jalan, terdapat seorang mahasiswa. Saya mengayunkan tangan saya ke arahnya dan berkata dengan keras, "Hei, bisakah Anda membantu?" Sementara itu, saya juga sudah merencakan untuk meminta bantuan agar dia bisa menahan roda kursi saya hingga akhir jalanan pejalan kaki tersebut menjadi lebar lagi... Atau mungkin mundur apabila tampak bahwa ruang pejalan kaki di hadapan saya mulai menyempit.

Pemuda berwajah transparan tersebut, melintir jalan menuju posisiku.

Lalu, tanpa basa-basi, ia menolak sambil memberi beragam alasan lantas meninggalkan tempat tersebut. Ia hanya memandang saya sebentar kemudian mengucapkan, "Maaf, Bu. Saya tidak bisa membantu Anda," setelah itu pergi dengan tenang.

ASTAGAAAAA .....

Catatan,

Meskipun penampilan pemuda tersebut keren, namun jika sifatnya seegoal itu, aku mau tendang dia! Huhuhu .....

Saat itu, saya hanya mengatakan, "Terima kasih dan semoga Tuhan memberkati Anda".....

Doa saya terus menerus, sebab hujannya (walaupun masih remeh seperti percikan shower bukannya guyuran lebat) semakin kencang.

Lalu, mukaku menjadi lembab hanya dengan dua hoodie bertumpu di kepala. Saya tak punya mantel hujan sebab saya benar-benar melupakan untuk membuka aplikasi cuaca pada waktu itu.

Kenapa saya enggak membuka payung????

Sebab angin di sini sangat kencang! Payung orang-orang tersebut seringkali rusak atau malah terlempar ke udara.

Oleh karena itu, berbekal pengalamanku yang lalu, aku tak pernah membawa payung meskipun aku selalu menyimpan payung lipat di dalam kamarku di hotel. ....

Muncul tatkala pada penghujung doa ku......

Di hadapanku terdapat dua orang lanjut usia, nenek dan kakek. Diujung pejalan kaki yang lebih lebar berada kurang lebih seratus meter di depanku.

Mereka ingin menghadapiku, namun aku berteriak sambil melambai dengan tanganku.

Mereka melirik ke arahku dari belakang dan segera berjalan mendekatiku! Alhamdulillah!

Saat tiba di tempat tujuan, saya menceritakan semuanya dan neneklah yang menggenggam kursi roda saya sementara saya perlu fokus untuk menyetir. Karena beberapa kali roda depannya nyaris selip. Saya harus tetap berfokus....

Sangat menakutkan, sebab apabila saya berbalik badan, pasti sangat menyakitkan. Kemungkinan kursi roda mengalami masalah dan tentu saja saya akan memiliki kendala dengan tubuh saya....

Hingga 15 menit saya berada di akhir jalan pejalan kaki yang membesar, kurang lebih 100 meter saja.

Aku lega! Puji Tuhan.

Cukup ngobrol sebentar, lalu saya meminta untuk difoto bersama, tapi sang kakek menolak. Jadi, dia lah yang mengambil foto kami....

Saya sungguh lega. Bayangkan jika sang pemuda itu menolak untuk membantu saya, pasti darah saya akan panas kembali. Sialnya, dia sangat angkuh dan arogan. Bahkan, ada beberapa kesempatan di mana sejumlah orang Eropa dengan bangganya enggan memberikan bantuan....

Catatan lagi,

Selanjutnya di Belgia, saya diajak ke KBRI Brussels dan kami membahas penelitian yang sedang kulakukan. Di sana juga ternyata ada alasan mengenai kenapa banyak orang Eropa cenderung bersikap sombong dan arogan!

Namun, saya semakin yakin dan selalu akan bertahan dalam keyakinan itu. Meskipun secara fisik situasinya sulit bagi saya, dan tampaknya tak ada pilihan lain kecuali menghadapinya layaknya kasus ini, namun bila Allah bersedia, segalanya akan terwujud dengan pasti....

Puji Tuhan YESUS.....

Di saat tersebut, tak terlihat jejak kehidupan manapun meskipun penglihatanku mencakup area luas; hanya sunyi senyapnya jam dinding, guyuran hujan deras serta jalanan kota berbatasan sempit. Cuma remaja itu tapi ia enggan membantuku. Kemudian, secara mendadak pasangan lanjut usia datang sebagai penolong dari Sang Pencipta....

Apabila saya tak berkeyakinan, bisa jadi Tuhan juga enggan mengutus malaikat pelindungku. Namun, benar-benar kuperhatikan bahwa ada keajaiban-NYA, layaknya beberapa kali Allah menyertakan malaikat-malaikat istimewa bagi saya, padahal saya tak pernah menyangka akan hal itu.

Sekali lagi,

Malaikat Tuhan hadir membantuku precisely di saat yang tepat!

Praise the Lord JESUS

0 Komentar