Kompetisi Kuat: INDF vs ICBP - Strategi Grup Salim Menuju Tahun Buku 2024

Duo bisnis utama dari Grup Salim, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), melaporkan hasil finansial mereka untuk tahun buku 2024. Keduanya telah menunjukkan performa keuangan yang positif sampai dengan penutupan tahun ini.

Indofood adalah pembuat beragam macam makanan serta minuman. Produk populer dari mereka termasuk Indomie, yang dihasilkan oleh ICBP.

Menurut laporannya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mendapatkan laba bersih senilai Rp 8,64 triliun selama tahun 2024. Angka ini meningkat 6,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapaiRp 8,14 triliun di tahun 2023.

Dengan peningkatan keuntungan, Indofood Sukses Makmur mencatatkan pendapatan senilai Rp 115,78 triliun di tahun 2024. Nilai ini meningkat 3,7% secara year-on-year dibandingkan dengan angka yang tercatat pada tahun 2023 yakni Rp 111,70 triliun.

Kepala Eksekutif dan Direktur Utama Indofood, Anthoni Salim, menyebutkan bahwa tahun 2024 menjadi masa yang kuat untuk perusahaannya. Prestasi baik ini diperkuat dengan kenaikan dalam penjualan bersih, keuntungan, serta manajemen operasional yang terpadu dari hulu hingga hilir. Pada tahun 2025 mendatang, Indofood akan tetap menekankan pengembangan organiknya.

"Dan tetap memelihara keseimbangan antara porsi pasarnya dengan keuntungan dan neraca perusahaan yang baik," ujar Anthoni dalam pernyataan resmi selasa (25/3).

Selanjutnya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mencatatkan laba bersih senilai Rp 7,07 triliun. Angka ini meningkat 1,3% secara year-on-year dibanding dengan periode serupa di tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 6,99 triliun. Sementara itu, pendapatan ICBP pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 72,59 triliun, mengalami kenaikan sebanyak 6,9% jika dibandingkan dengan nilai total tahun 2023 yakni Rp 67,90 triliun.

Anthoni Salim mengungkapkan bahwa Indofood sukses menyelesaikan tahun 2024 dengan positif walaupun terdapat berbagai hambatan, termasuk tekanan pada kemampuan konsumen untuk membelanjakan uang karena kenaikan biaya bahan dasar penting.

Kenaikan dalam penjualan dan keuntungan sebelum bunga dan pajak utamanya disebabkan oleh pertambahan jumlah produk yang dijual beserta dengan peningkatan produktivitas dan efisiensinya. Menuju tahun 2025, dia menyampaikan bahwa ketidaktentuan global dan pergantian situasi ekonomi diproyeksikan masih akan berdampak pada aktivitas bisnis secara signifikan.

"Untuk menangani situasi itu, kita akan terus mendukung perkembangan penjualan dan volumenya di ICBP, sambil tetap menjaga tingkat kelayakan finansial dan posisi keuangan yang baik," jelas Anthoni.

Kehilangan Nilai Dari Fluktuasi Kurs Dan Penurunan Pada Investasi

Edi Chandren, Kepala Analis Investasi di Stockbit Sekuritas, menyatakan bahwa Indofood Sukses Makmur merugi Rp 119 miliar pada kuartal keempat tahun 2024. Sebaliknya, di periode setahun sebelumnya, perseroan masih mendapatkan laba senilai Rp 1,1 triliun, sementara itu pada kuartal ketiga 2024, mereka memperoleh laba hinggaRp 4,9 triliun.

Sehingga, total laba bersih untuk tahun 2024 tercatat senilai Rp 8,6 triliun dengan pertumbuhan sebesar 6% secara year-on-year. Meski demikian, dia mengatakan bahwa hasil tersebut belum sesuai harapan karena baru mencapai 89% dari prediksi Stockbit serta hanya mewakili 85% dari estimasi pasar umum.

"Kerugian bersih di kuarter empat tahun 2024 terutama karena rugi valuta asing dan penyusutan nilai investasi. Secara operasional, labausaha tetap sehat berkat kontribusi dari segmen Agrobisnis," jelas Edi dalam laporannya hari ini, Rabu (26/3).

Edi menyebut bahwa INDF menderita kerugian dari perubahan nilai tukar senilai Rp 2,9 triliun di kuarter keempat tahun 2024 karena penurunan nilai rupiah melawan dolar Amerika Serikat. Sebenarnya, di periode sebelumnya, laba bersih INDF masih mendapat dukungan dari selisih untung mata uang.

Menurut penjelasan Edi, nilai tukar rupiah menurun dari angka 15.138 per dolar AS diakhir September 2024 hingga mencapai 16.162 per dolar AS di akhir Desember 2024.

Di samping itu, INDF juga menanggung kerugian bersih senilai Rp 1,5 triliun dari entitas asosisasi dan Joint Venture (JV) pada kuarter IV tahun 2024. Penyebab utamanya adalah penurunan nilai wajar Dufil Prima Foods Plc. (DPFP), yaitu perusahaan asosiasi Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) yang aktif di Nigeria.

"Situasi serupa pun terulang di 4Q23 dan mungkin berkaitan dengan masalah nilai tukar mata uang naira Nigeria," katanya.

Keuntungan Bisnis Kuat Karena Biaya Operasional yang Terkendali

Secara praktis, INDF melaporkan laba usaha yang positif senilai Rp 6,6 triliun di kuarter keempat tahun 2024. Ini merupakan peningkatan sebanyak 18% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu serta naik 25% dari kuarter sebelumnya.

Sepanjang tahun 2024, laba bisnis meningkat sebesar 16% year-on-year mencapai angka Rp 22,8 triliun. Walaupun pada triwulan terakhir tahun 2024 pertambahan pendapatan hanya bertambah 4%, namun menurut Edi, biaya operasional telah dikurangi, dimana beban penjualan berkurang sebanyak 3% dan biaya umum serta administratif menyusut sebesar 27%.

Secara segmentasi, sektor Agribisnis memberikan sumbangan terbesar terhadap keuntungan operasional di kuarter IV tahun 2024 dengan catatan angka Rp1,8 triliun yang berarti meningkat 84% secara tahunan dan 88% dibanding periode sebelumnya, hal ini didorong oleh peningkatan harga minyak sawit mentah.

Bagian 'Consumer Branded Products' yang dipimpin oleh perusahaan utamanya, ICBP, menunjukkan keuntungan bisnis yang cukup stabil di triwulan terakhir (+1% YoY). Meskipun demikian, masih ada pertumbuhan yang kuat sebesar 9% untuk seluruh tahun 2024.

0 Komentar