Houthis Luncurkan Lagi Rudal Balistik ke Israel: Warga Panik Seiring Sirine Bergema

Laksamana.id, TEL AVIV -- Setelah jeda selama beberapa bulan sejak perjanjian gencatan senjata di Gaza pada Januari, kelompok militer Houthi meluncurkan rudal balistik lagi ke wilayah Israel pada hari Selasa (18 Maret 2025). Sebagaimana dikabarkan Times of Israel IDF menyatakan telah sukses mencegat rudal tersebut di wilayah Arab Saudi sebelum berpotensi menjangkau perbatasan Israel.

Walaupun tertangkap oleh sistem pertahanan, rudal yang ditembakkan Houthis masih menyebabkan puluhan ribu penduduk Israel melarikan diri ke tempat penampungan. Bunyi alarm pun menggema di berbagai kota di bagian selatan Israel seperti Beerseba dan Dimona.

Seorang juru bicara dari kelompok Houthis mengatakan bahwa pasukan mereka telah menyerang landasan udara Nevatim yang berada di Gurun Negev menggunakan rudal balistik jenis Palestine-2. Ia juga memperingatkan bahwa jika rezim Zionis tidak mengakhiri serangan udaranya di Jalur Gaza, maka jangkauan sasaran rudal balistik mereka akan diperluas lebih lanjut ke wilayah Israel selama beberapa jam hingga beberapa hari mendatang.

"Gila, kepemimpinan, rakyat, serta tentara takkan pasif melihat penyerangan kekerasan terhadap warga kami di Gaza," ungkap Saree saat berpidato di televisi.

Pada Selasa dini hari, Israel melakukan serangan udara terhadap Gaza yang menandai penghentian gencatan senjata mulai 19 Januari. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutkan bahwa peningkatan operasi militer ini adalah akibat dari 'kegagalan berturut-turut' Hamas dalam melepaskan lebih banyak tawanan Israel.

Mengacu pada pernyataan dari Menteri Kesehatan Hamas, setidaknya 404 orang warga Palestina meninggal dunia karena dampak serangan tersebut. Tambahan informasi menyebutkan bahwa sekitar 562 korban lainnya dinyatakan memiliki luka berbagai tingkat keparahan.

Pada hari Selasa tanggal 18 Maret 2025, kelompok militer Houthi menyerang kembali kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Harry S. Truman yang beroperasi di Laut Merah. Ini merupakan serangan ketiganya dalam waktu dua hari.

Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan Mereka pun mengincar kapal penghancur Amerika Serikat sebagai tanggapan atas serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Yaman. “Amerika sepenuhnya bertanggung jawab untuk akibat dari militarifikasi Samudera Hindia bagian Barat dan peningkatan area pertentangan,” ujar Saree.

Dia menekankan bahwa kelangsungan serbuan udara Amerika Serikat di Yaman memberikan pengaruh buruk pada navigasi laut.

0 Komentar