
laksamana.id Banyak warga kalangan menengah mengeluarkan dana melebihi batas untuk membuktikan posisi sosialnya, dengan memborong produk-produk eksklusif yang dipercaya dapat menjadikannya tampak berhasil.
Paradoksnya, mereka yang sangat berkelimpuhan hampir tidak pernah melakukannya. Sebaliknya, mereka cenderung mengutamakan kestabilan ekonomi dan pengelolaan uang dengan bijaksana.
Oleh karena itu, apa sajakah benda-benda yang kerap dibeli kalangan menengah untuk mempamerkan diri namun cenderung dilupakan oleh kaum kaya?
1. Jam Tangan Mahal
Apakah jam tangan Rolex yang Anda idam-idamkan? Mungkin seorang miliarder kaya raya tak akan menghabiskannya untuk itu.
Hasil penelitian dari buku "The Millionaire Next Door" menunjukkan bahwa separuh dari mereka yang berkelimpahan harta tidak pernah merogoh kocek lebih dari 235 dolar AS atau kurang lebih 3,8 juta rupiah untuk satu buah jam tangan. Bahkan hanya ada segelintir orang—hanya 1 persen saja—yang rela membayar di atas 15.000 dolar AS (setara dengan 246 juta rupiah) untuk mendapatkan jam tangan tersebut. Padahal, para... crazy rich ia memiliki harta berlimpah jutaan dolar AS.
Di sisi lain, data yang diperoleh dari Statista mengindikasikan bahwa sekitar 20% populasi Amerika Serikat berpenghasilan antara 2.000 USD sampai 3.000 USD setiap bulannya telah mempunyai jam tangan merek Rolex di tahun 2018.
Banyak warga kalangan menengah mengeluarkan uang untuk membeli jam tangan mewah yang sebetulnya melebihi batas kekuatan finansial mereka, dengan harapan dapat membuktikan kesuksesan diri.
Menariknya? Orang-orang berduit justru lebih peduli dengan cara berpikir serta pilihan keuangan Anda, daripada label merk yang ada di gelang Anda.
2. Merek Pakaian Mewah
Banyak orang percaya bahwa memakai merk pakaian mewah menjadikan mereka tampak kaya. Akan tetapi, mayoritas dari para milioner sebenarnya tak ambil pedul dengan sabung Gucci yang Anda kenakan.
Sebenarnya, data menampilkan bahwa 50% orang kaya tak pernah merogoh kocek lebih dari 399 dolar AS untuk membeli jas, sementara hanya 10% yang rela membayar di atas 300 dolar AS untuk sepasang sepatu.
Pakar keuangan Dave Ramsey juga menyatakan bahwa "para crazy rich Umumnya mereka tinggal di rumah berkelas menengah, menggunakan mobil bekas yang telah lunasi, dan membeli celana jeans di Wal-Mart.
Orang-orang kaya tahu bahwa membangun citra mewah hanyalah suatu bentuk dari strategi penjualan. Kaus yang dijual dengan harga 800 dolar Amerika Serikat tidak selalu memiliki mutu yang lebih baik; mereka hanya mengenakan biaya tambahan untuk desain logo tersebut.
3. Kendaraan Mahal (Beli baru)
Mobil premium dengan model terkini umumnya dipandang sebagai tanda derajat sosial. Tetapi, bila Anda menduga bahwa seluruh orang berduit memboncengan Bentley, lebih baik renungkan kembali.
Pakar keuangan Morgan Housel mengatakan bahwa, "Membuang-buang uang hanya untuk memperlihatkan seberapa kaya Anda memiliki bisa jadi cara paling cepat menuju kemiskinan."
Banyak orang kaya cenderung memilih membeli kendaraan second hand agar terhindar dari penurunan nilai yang pesat.
Di sisi lain, kalangan menengah kerap kali mengeluarkan uang untuk kendaraan berharga tinggi melalui skema pembiayaan, yang malahan membuat beban finansial mereka terus-menerus dalam waktu lama.
4. Rumah Luas Berbeban Kredit Yang memberikan Tekanan
Untuk sebagian orang, rumah tak hanya dianggap sebagai tempat bernaung melainkan juga menjadi lambang derajat. Akan tetapi, mempunyai hunian luas yang dibebani oleh biaya pemeliharaan mahal belum tentu menunjukkan bahwa seseorang kaya raya; malahan hal itu kerap menjadikan mereka terbebani masalah keuangan.
Orang yang berduit memandang aset real estat sebagai bentuk tabungan, bukan sarana untuk menunjukkan kemewahan.
Sebagai contoh, Warren Buffett tetap menetap di rumah sederhananya yang dibelinya pada tahun 1958 dengan harga $31.500 AS. Walaupun begitu, adakannya crazy rich Rumah-rumah mewah pada umumnya dibeli oleh para miliarder berpenghasilan sendiri yang mencari properti yang sederhana dan sejalan dengan tujuan finansial mereka.
Sebaliknya, banyak warga kalangan menengah yang mengambil pinjaman rumah hingga ambang maksimum, menjebak dirinya dalam hutang selama puluhan tahun hanya untuk memperoleh penerimaan sosial—padahal orang lain sebenarnya kurang begitu peduli.
5. Perkawinan Besar dengan Kemewahan Ekstravaganza
Perkawinan kerap kali menjadikan momen bagi menghabiskan uang dalam jumlah besar. Biaya ratarata perkawinan di Amerika Serikat saat ini telah melampaui angka 30.000 dolar AS, dan tidak sedikit sepasangan yang terjerat utang cuma buat mendanai hari spesial tersebut.
Meskipun demikian, orang-orang berkelimpungan malah kerap menyelenggarakan perkawinan yang cukup hemat. Mark Zuckerberg dan Priscilla Chan bersatu dalam upacara sederhana di halaman belakang hunian mereka. Sementara itu, Warren Buffett merayakan akad nikahnya di kediaman putranya.
Kenapa begitu? Sebab mereka yang berkecukupan menyadari bahwa merogok belanja dalam nominal tinggi untuk sekali waktu saja takkan mendatangkan keberhasilan di masa depan.
Seperti yang Sebenarnya vs Sepertinya Kaya
Banyak orang berpikir bahwa kekayaan ditentukan oleh barang-barang yang mereka miliki. Akan tetapi, kesuksesan finansial sesungguhnya tidak tergantung pada simbol-simbol status, melainkan pada kemerdekaan finansial.
Mayoritas dari para miliarder yang sukses cenderung memprioritaskan investasi, harta benda, serta stabilitas keuangan dibandingkan dengan memiliki barang-barang berlimpah. Di sisi lain, sejumlah besar individu di kalangan menengah sering kali menggunakan simpanan mereka hanya untuk tampil kaya.
Maka, apa sebenarnya caranya agar tampil dengan kesan kaya?
Raihlah harta sejati Anda. Lakukan penghematan, berinvestasi secara cermat, serta ambillah keputusan ekonomi yang tepat. Karena, walaupun jam tangan mewah ataupun kendaraan terbaru bisa mengundang perhatian untuk sementara waktu, kemerdekaan finansial-lah yang akan bertahan selama hidup Anda.
0 Komentar